Sepintas rumah bibiku ini tampak biasa-biasa saja. Kesan awal bila pertama kali berkunjung kesana, mungkin rumah ini kelihatan rimbun. Sedikit banyaknya ada pelbagai macam tumbuhan yang mengelilingi rumah bibiku ini. Satu tumbuhan yang sedikit mencolok perhatianku ialah bunga asoka yang tumbuh di bagian depan perkarangan rumah ini. Cukup rimbun dengan warna-warni bunga yang tumbuh pada setiap batangnya. Namun sayang, tumbuhan indah ini terpaksa dipangkas. Karena pada areal tumbuhan ini hidup akan dilakukan pelebaran bagian rumah. Kabar buruknya, konon dari sinilah akar permasalahan yang acap kali diluar logika manusia sering kali muncul di rumah itu.
Bibi Molina namanya. Bibi Molina hidup dengan suami dan dua orang putranya di rumah itu, Boni dan Edward. Bila malam menjelang, rumah itu begitu gelap. Sengaja beberapa buah lampu saja yang dihidupkan karena alasan penghematan. Belum lagi bila lingkungan perumahan Bibi Molina terkena pemadaman listrik bergilir, alangkah sunyi senyapnya suasana yang hadir disana, hingga tak jarang memunculkan kesan horor.
Kejadian buruk pertama muncul. Noya, putri pertama dari Bibi dan Paman Molina datang dengan maksud untuk menginap disana. Noya memang memilih untuk menetap dengan neneknya sedari kecil.
Noya dipilihkan kamar depan oleh ibunya. Kamar inilah yang dahulunya diperbesar dengan imbas pemangkasan habis tumbuhan asoka yang rimbun tadi. Tak terasa haripun sudah malam, dan beberapa lampupun sengaja tidak dihidupkan oleh Bibi Molina. Suasana mencekam agaknya jelas tergambar disini. Lalu tak lama Noyapun lekas tertidur, diikuti dengan seluruh anggota keluarga yang lain satu-persatu.
Waktu menunjukkan lewat tengah malam. Dari balik jendela kamar itu, dengan setengah sadar Noya melihat sesosok nenek berambut panjang. Wajahnya tidak teramat jelas karena penerangan yang seadanya. Semakin Noya coba untuk bangkit, semakin mendekat saja wajah aneh itu menuju jendela. Ya, kali ini Noya berani melawan rasa takutnya. Bukan maksud ingin menantang, Noya memberanikan diri untuk melihat lebih jelas makhluk itu.
Tak lama Noyapun tak kuasa menyembunyikan rasa takutnya. Karena kali ini ia melihat dengan jelas betapa menyeramkannya makhluk aneh yang hadir di kehadapannya. Wajah makhluk itu tampaknya sudah tua, kurang lebih keriput pasi. Ia mengenakan baju model gaun panjang yang telah usang. Sontak Noyapun terperanjat ketika melihat makhluk itu berusaha mencongkel-congkel celah-celah jendela dengan kuku panjangnya!
Keesokan paginya Noya tersadar dengan air mata berlinang di pipinya.
Beberapa waktu setelah kejadian itu berselang, Bimo, tetangga Bibi Molina yang masih balita datang bermain ke rumah. Bibi Molina memang pencinta anak kecil. Ia pandai memanjakan anak-anak sehingga tak sedikit dari mereka yang betah kepada Bibi Molina.
Pada hari itu Bimo datang pada saat hari sudah hampir malam. Seperti biasa, menjelang magrib, Bibi Molina senantiasa mengaji sembari menunggu azan berkumandang. Lantas untuk beberapa saat Bimo dibiarkan bermain sendiri di ruang tengah. Dari ruang tengah ini langsung terhubung kepada kamar depan yang pada saat dahulu pernah dipakai oleh Noya untuk menginap.
Ketika sedang bermain, tak sengaja Bimo menoleh ke arah dalam kamar itu. Memang pada saat itu pintu kamar tersebut tengah terbuka, dan ruangan itu tentunya sangat gelap. Berselang beberapa waktu, sontak Bimo langsung berlari ke pangkuan Bibi Molina yang tengah mengaji. Bibi Molina terheran-heran melihat tingkah laku Bimo yang diluar kebiasaan itu. Lantas Bibi Molina berusaha untuk menenangkan Bimo yang tampaknya sangat ketakutan. Bimo berkeringat, nafasnya terengah-engah. Cuma sebuah kalimat yang dilontarkan Bimo untuk menerangkan apa yang baru saja dialaminya.
Sambil menunjuk-nunjuk ke arah kamar angker itu Bimo berujar, “disitu ada orang yang lagi lompat-lompat pakai baju putih”.
Akhirnya Bimo diantar pulang oleh Bibi Molina. Namun keesokan harinya Bimo kecil jatuh sakit. Suhu badannya tinggi. Semenjak kejadian itu Bimo tak sesering dahulu datang berkunjung untuk bermain bersama Bibi Molina.
--
Kisah demi kisah janggalpun terjadi seiring berjalannya waktu. Hanya saja Bibi Molina dan keluarga sudah terbiasa dengan hal-hal seperti itu, sehingga tak ada lagi rasa takut yang berlebihan bermunculan. Karena bagaimanapun, makhluk ciptaanNya bukan hanya manusia seorang. Percayalah, mereka ada dimana-mana.
0 komentar:
Posting Komentar