
Gue lupa mau nulis apaan. Suasana hati gue lagi buruk. Tulisan ini sih intinya cuma ngasal. Terserah lo pada mau dilanjutin bacanya atau enggak. Asli, menyuntuk dan gak penting banget [!]
Kan speak-speaknya: tulis saja, walau sedikit, apa saja. Tapi asli, entah bagaimana rasanya ada saja yang tengah mengganjal disini. Sedikit, gue tengok ke arah luar. Huh, padahal udah dapat spot nulis pewe begini masih enggak mood juga bos? Tempatnya asik, kalau-kalau gue bongkar rahasia semedi gue ini ke yang lain, pasti mereka pada ngidam.
Namanya beranda. Gak luas sih. Cuma cukup sepasang kursi reot anyaman sama sebidang sofa panjang, lalu ada meja, itupun sepertinya telah uzur. Dari sini angin semilir-semilir. Kalau pas menjelang maghrib dan subuh, gue sering intip-intip. Siapa tahu ada awan yang lagi bergoyang. Ah, ngimpi! Hehe.
Kalau sudah besar (sekarang???), gue pengen main-main menjelajah ke negeri orang. Enggak Jepang, Amrik, Ausie, Eropa, atau yang lain. Cukup di kampung halaman aja. Pernah suatu ketika gue berencana. Pengen punya rumah di tepian pantai. Kebetulan, keadaan itu juga yang dituliskan Riantiarno dalam karya Cermin Cintanya. Gak perlu terlalu besar. Tapi cukup lah.
Oh ya, ada yang lupa soal impian memiliki rumah tepian pantai tadi. Gue pengen nanti di halamannya banyak bunga ombak yang bergerombol, biar kalau pas sedang lagi ada pertempuran hati kayak gini, mudah kesapu, mudah ditelan, mudah dilerai.
0 komentar:
Posting Komentar