tulis saja, walau sedikit, apa saja..

Jumat, 22 Juli 2011

Inspirasiku



Jadi, inspirasi tulisan ini baru tadi malam (23 Juli 2011 dini hari) gue dapat, dari seorang ibu penjual pulsa. Gue gak bisa bayangin, di ukuran kios sekitar 1,5 meter x 1,5 meter, di waktu yang menunjukkan pukul 00.32 kira-kira, dia masih terjaga di sana dengan jendela yang sudah tertutup, namun ia tetap melongo ke luar menanti pembeli dengan senderan pada sehelai daun pintu yang masih ternganga. Kedapatan seperti itu, lantas gue merasa iba. Pas gue samperin lebih dekat, matanya sembab, terlihat ia tak dapat menahan kantuknya. Gue lebih dekat lagi, sampai pada akhirnya gue bisa intip ke dalam itu kios, dan gue lihat, dua anaknya telah terlelap tidur di lantai kios yang dingin. Kebetulan, kios ini cuma berjarak sekitaran 20 meter dari kosan gue, jadi gue hafal betul sama itu ibu, siapa anak-anaknya (anak-anaknya juga sering main di halaman kosan gue dengan bebocahan lainnya), dan juga yang mana suaminya.

--

Well, satu lagi orang yang menginspirasi gue. Hebat!

Gue lebih salut kepada orang-orang yang mampu bertahan di bawah tekanan daripada orang-orang yang mampu meraih kesuksesan. Namun bukan berarti gue tidak mengidolai orang-orang tenar yang dulu pernah memiliki kehidupan yang teramat pahit dan pada akhirnya berhasil beranjak dari sana. Gue lebih senang belajar kepada kaum-kaum dhuafa, orang-orang yang tengah diberikan cobaan lalu berusaha untuk tetap tegar, atau bahkan dari orang-orang yang berkekurangan baik dari segi materil maupun fisik (cacat). Mereka inilah yang pantas gue sebut sebagai idola. Secara raga mungkin mereka lebih lemah atas berbagai alasan yang menyertainya, namun dari jiwa, mereka teramat kaya sesungguhnya. Orang yang telah sukses, dan kemudian menjadi kaya raya, kebanyakan diantaranya jiwanya menjadi kerdil. Mereka khawatir, kerasnya perputaran roda dunia mengantarkan mereka kembali kepada bagian bawah, bagian yang paling hina, dan tak jarang pula dari mereka menghindarinya dengan cara yang hina. Dahsyat, sampai sebegitunya orang-orang takut kepada cobaan dan keterpurukan. Bagaimana dengan orang-orang yang mampu bertahan dengan hal itu ya? Akan jauh lebih dahsyat pastinya. Hemm.



Karenamu, tiada alasan bagiku untuk berkeluh kesah atas ketiadaadilan pada kodrat.



Karenamu, dan aku semakin yakin, bahwa Tuhan tidak akan pernah keliru.




0 komentar:

Posting Komentar

© TUL[!]S, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena