tulis saja, walau sedikit, apa saja..

Selasa, 16 November 2010

Di Malam Takbiran 10 Dzulhidjah 1431 H

Puji syukur kepada Allah SWT, karena di malam 10 Dzulhidjah ini, hamba masih bisa memiliki dua buah tangan, dua buah bola mata, satu otak sebagai pengendali, untuk mencurhatkan isi di pikiran saya untuk dikadukan kepada blog ini. Alhamdulillah.

Di luar lagi pada takbiran. Karena esok nak raye (pakai logat upin ipin). Yap! Besok Idul Adha. Hari dimana seluruh umat muslim merasa menang, merasa senang, merasa yang tali kekeluargaannya terputus tersambung kembali dengan saling berucap-ucapan, merasa be better dari hari-hari sebelumnya. Karena esok nak raye, maka sambutlah dengan bersuka lalu genggamlah sebuah cita untuk menjadi insan yang lebih lagi di kemudian waktu.

Dan saya? Saya ya beginilah (sambil menghela nafas). Saya menang dan saya teramaaaat senang. Namun ada tanda koma setelah itu. Orang yang saya rindukan ada di seberang pulau sana. Sejujurnya untuk saat ini saya begitu ingin berada di dekat mereka. Walau memang keadaan sewaktu di malam takbiran di rumahku berlangsung biasa-biasa saja, namun sepertinya ikatan emosional antara anak-orang tua terlalu tangguh untuk dikalahkan oleh apapun itu.

Tapi ya tersenyumlah. Kebahagiaan akan bermekaran bila engkau menyiramnya dengan perasaan bahagia pula. Untuk itu syukurilah. Karena dengan bersyukur engkau telah menanam bibit kebahagiaan. Anggap saja perasaan saya sedang diuji untuk saat ini. Karena biar bagaimanapun, pertemuan akan diakhiri dengan perpisahan.

--

(sedang melihat-lihat lokasi rumah di Pekanbaru plus tempat yang sering dijadiin lokasi Salat Ied via Google Maps)

Insya Allah, walau raga terpisah jauh, hati ini akan selalu merasa dekat. Dan disini suasana takbiran riuh-rendah. Lafaz takbir berkumandang sepenjuru pendengaranku.

Allahuakbar..
Allahuakbar..
Allahuakbar..
Lailahaillahuallahuakbaru..
Allahuakbar..
Walillahilham..

Mama, Papa, Ridho, Shifa, ni Yandi udah berucap takbir dari sini. Semoga rindunya tersampaikan.

Esok nak raye, bergembiralah bersama..

2 komentar:

  1. semoga tersampaikan kk, karena gimanapun juga, mama-papa plus adek2 kita juga pasti ngerasain apa yang kita rasain disini.
    Mungkin dengan keadaan kita yang sekarang ini, yang menuntut ilmu di rantau orang, Allah lagi ngajarin kita tuk lebih memahami arti pentingnya keluarga yang sebenarnya. Baru kita sadarin kalo masakan mama dirumah emang paling enak dibanding warteg. kalo marahnya papa, ga pernah punya niat jahat buat kita. kalo nakalnya adek2, ternyata bisa juga buat kangen.

    "namun sepertinya ikatan emosional antara anak-orang tua terlalu tangguh untuk dikalahkan oleh apapun itu."

    Allahuakbar walillahilhaam.
    Nice.

    BalasHapus
  2. Minal Aidzin wal Faidzin, sayang..

    BalasHapus

© TUL[!]S, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena