Musim kompetisi Seri A Italia hanya menyisakan 4 pekan lagi (per tanggal 26 April 2011). Di sisa pekan tersebut, Inter Milan, sang juara bertahan, tertinggal 8 poin dari pucuk pimpinan klasemen sementara AC Milan. Sebagai Internisti, saya akui, AC Milan memang lebih layak juara di tahun ini.
Betapa tidak, geliat transfer pemain yang diperlihatkan AC Milan di awal musim lalu memang terbilang cukup efektif. Sejumlah nama-nama besar masuk seperti Zlatan Ibrahimovic yang dipinjam dari Barcelona, hinga Kevin Prince Boateng yang berpenampilan cemerlang bersama timnas Ghana pada perhelatan Piala Dunia 2010 nan lalu. Berlanjut pada sesi windows transfer part 2 di bulan Januari. Seakan tak puas, kembali, sang presiden Silvio Berlusconi merekrut bintang papan atas, kali ini giliran Antonio Cassano sang superstar Sampdoria, Urby Emanuelson, wing back timnas Belanda, Nicola Legrottaglie bekas punggawa defense tim sekelas Juventus dan Mark Van Bommel, sesepuh Munchen yang diboyong. Bayangkan, setelah sebelumnya AC Milan sudah memiliki skuat yang cukup komplit, dengan nama-nama semisal Robinho, Inzaghi dan Pato di lini depan, Pirlo dan Seedorf untuk pos gelandang, dan duet Thiago Silva bersama Nesta di bagian belakang. Saya kira, Massimo Allegri cukup beruntung dengan perangai jor-joran yang dilakukan petinggi klub guna membenahi tim.
Coba kita lihat Inter Milan, sang juara bertahan. Selepas meraih treble winner di tahun lalu, Inter seakan terlena dan merasa sudah cukup puas dengan perolehan tersebut. Pada awalnya, Inter rela melepas kepergian Jose Mourinho yang hijrah ke Real Madrid, untuk kemudian pos allenatore diisi oleh Rafael Benitez. Ditangan Rafa, Inter seakan morat-marit dan sungguh goyah. Terbukti, gerakan transfer pasif yang dipertontonkan Inter Milan pada awal musim lalu berdampak negatif terhadap pencapaian tim di musim ini. Menurut hemat pikir saya, bobrok Inter justru berada di setengah kompetisi di awal musim (sebelum mercato Januari). Pada saat itu, Inter tak satupun mendatangkan nama besar. Yang ada Inter membuang pemain muda berbakat semacam Balotelli. Ibaratnya, Inter seperti ular yang telah kekenyangan, sehingga tak mampu berbuat apa-apa guna membenahi tim untuk menghadapi kompetisi baru, Inter terlena dengan rengkuhan juaranya. Baru setelah Rafa terpaksa didepak, dan selanjutnya digantikan oleh Leonardo, Inter mulai bergeliat di bursa transfer periode kedua di bulan Januari lalu. Seakan menunjukkan sinyalmen akan pertanda bahaya, sejumlah nama direkrut. Ada Pazzini guna mengisi kekosongan yang ditinggal Balotelli, Kharja, dan juga Rannochia yang “terpaksa” didatangkan guna melanjutkan tugas Walter Samuel yang didera cedera hingga akhir musim.
Untuk kedatangan Pazzini dan Rannochia saya berikan kredit positif. Kenapa? Karena seperti yang kita ketahui, Inter Milan justru “miskin” dengan punggawa-punggawa asli pribumi Italia. Hanya nama beken Materazzi saja yang berlabelkan made in Italia, itupun cuma sebagai penghias bangku cadangan tim. Sebenarnya masih ada beberapa nama lagi, namun tidak tersohor. Pazzini, bersama Cassano, menjadi pasangan subur di kompetisi domestik. Jadi beruntung Inter Milan memboyongnya. Di Inter, sejauh ini permainannya juga cukup efektif. Selagi Milito masih berkutat dengan cedera, Pazzini adalah pilihan nomor satu Leonardo sebagai pelengkap lini depan bersama Eto’o dan Sneijder. Iapun masih tergolong muda, jadi tidak perlu khawatir, sepertinya karir Pazzini akan bagus bila terus diberi kesempatan bermain. Sementara Rannochia, ia juga cukup apik dalam memainkan peran Samuel. Namun terkadang Rannochia tidak se”sangar” Samuel dalam menggilas lawan-lawan, sehingga Rannochia belum dapat disejajarkan dengan Samuel. Samahalnya dengan Pazzini, bila Inter mampu sedikit bersabar, kelak Inter tak perlu pusing-pusing untuk mencari pengganti Samuel maupun Lucio kala keduanya memutuskan untuk pensiun, mengingat umur mereka yang tak lagi muda.
Nah, saya pribadi memiliki angan-angan bagi masa depan Inter Milan untuk musim depan. Bila ingin memiliki skuat yang mentereng, maka berkacalah kepada Barcelona dan Real Madrid. Memang tidak dapat dipungkiri, dengan berbelanja pemain semaksimal mungkin, akan memudahkan bagi sebuah tim untuk memperoleh kemenangan demi kemenangan. AC Milan sudah membuktikannya di musim ini. Namun ada juga tim yang justru tak dapat berbuat banyak dengan amunisi berlebihan yang dimiliki, sebut saja Manchester City. Bayangkan, dengan dana yang sedemikian banyaknya yang digelontorkan pemilik klub untuk mendatangkan pemain-pemain top seperti Yaya Toure, Edin Dzeko, David Silva hingga Balotelli, mereka sama sekali tak mampu bersaing dalam memperebutkan tahta juara bersama Manchester United dan Arsenal. Nah, untuk itu, sepertinya perilaku transfer tak selalu mesti wah. Cukup efektif dan sesuai kebutuhan.
Untuk musim depan, rumor seputar transfer sudah mulai merebak di tubuh Inter. Sejumlah nama sudah dikait-kaitkan. Ada Ganso (Santos), Dirk Kuyt, Steven Gerrard (Liverpool), Samir Nasri, Cesc Fabregas, Van Persie, Andrey Arshavin (Arsenal), Ricardo Montolivo (Fiorentina), Kaka (Real Madrid), Lionel Messi (Barcelona), Gareth Bale (Tottenham), Carlos Tevez (Manchester City) dan Viviano (Bologna). Selain Viviano (goal keeper), semuanya pemain bertipe pengkreasi serangan. Bila diizinkan memilih dan itu bisa dianggap realistis, maka tiga orang berikut ini akan menjadi buruan saya. Mereka adalah Samir Nasri, Ricardo Montolivo dan terakhir ialah Carlos Tevez.
Bila Ganso didatangkan, saya rasa itu mubazir. Saya khawatir, nantinya nasib Ganso mandek seperti Coutinho yang sebelumnya telah bergabung. Keduanya pemain bertipe sama, dan masih sama-sama muda. Jadi akan lebih bijak bila Inter memfokuskan diri dalam mematangkan Coutinho terlebih dahulu. Untuk Dirk Kuyt, Stevie G, Fabregas, Van Persie, Messi dan Bale, saya rasa tidak memungkinkan, mengingat selain nilai transfer yang sangat besar, masing-masing tim juga enggan sepertinya untuk melepas mereka. Sementara jasa Viviano belum terlalu dibutuhkan. Untuk Arshavin sendiri, dari segi kualitas, kemampuan Nasri jauh lebih baik. Sementara Kaka terang-terangan menolak bila suatu saat nanti diminta untuk bergabung dengan Inter Milan.
Nasri realistis untuk didatangkan. Walau tenaganya masih sangat dibutuhkan Arsenal, namun hubungan yang tidak lagi harmonis dengan Arsene Wenger membuatnya memiliki peluang untuk hengkang dari Emirates Stadium. Selain berkualitas mumpuni, Nasri juga masih muda. Lanjut kepada Carlos Tevez. Ini juga perekrutan yang baik bila terjadi. Carlos Tevez menjadi senjata utama Manchester City di lini depan, sehingga ia didaulat untuk menjadi kapten tim. Namun sayang, Carlos Tevez sepertinya menjadi list terdepan pemain yang akan dijual pada musim depan, karena Manchester City dituntut harus dapat menyeimbangkan financial klub. Lantas, kenapa harus Tevez yang menjadi korban? Hal ini dilakukan mengingat Manchester City masih memiliki Balotelli dan Dzeko yang notabene pemain baru yang belum genap semusim yang dirasa cukup mampu menggantikan posisi Tevez tersebut. Untuk Montolivo, sepertinya angin-anginnya sudah hampir mencapai kesepakatan. Hal ini didasari atas beberapa pernyataan-pernyataan yang terlontar oleh media-media yang berbasis di Italia. Dari segi kualitas, Montolivo cukup baik, ia juga kapten di timnya saat ini, Fiorentina. Bila skenario transfer ini terjadi, Montolivo bisa diset sebagai leader gelandang zona bertahan.
Bila sudah komplit, formasi apik sudah dapat terealisasikan bagi Inter. Segudang alternatif bisa dijajal oleh pelatih. Berikut kombinasi racikan saya.
4-2-1-2-1
Santon-Lucio-Samuel-Maicon
Montolivo-Zanetti
Sneijder
Nasri-Eto’o
Tevez
Dan berikut nama-nama pelapis masing-masing pemain:
Cesar (Castellazi/Orlandoni), Maicon (Zanetti bisa ditarik ke belakang), Samuel dan Lucio (Rannochia dan Chivu), Santon (Nagatomo, Chivu juga bisa diperlebar ke wing back), Montolivo dan Zanetti (Cambiasso dan Motta), Sneider (Stankovic), Nasri dan Eto’o (Coutinho dan Pandev), Tevez (Pazzini dan Milito, Eto’o juga bisa menjadi target man dengan didukung trio Sneijder, Nasri dan salah satu di antara Pandev/Stankovic/Coutinho).
Nama Santon memang saya munculkan, karena dia memiliki kecepatan dan visi permainan yang bagus. Sayang, musim lalu ia dipinjamkan ke Cesena. Ada baiknya ia dikembalikan lagi, mengingat agaknya kurang pas bila Nagatomo yang menjadi pilihan utama Inter Milan saat ini. Sementara Chivu sepertinya terlalu riskan untuk mengisi pos tersebut, melihat di musim ini ia sering diganjar kartu merah, sehingga berdampak negatif kepada perolehan tim pada setiap pertandingan yang dilakoninya.
Untuk nama-nama Cordoba, Materazzi, David Suazo, Obi, Kharja, serta nama-nama lain yang tak terdaftar dalam list pemain di atas, sudah dapat dilempar di pasaran.
Forza Inter!
0 komentar:
Posting Komentar