
Stress. Yap, hari ini adalah hari stress sedunia lahir batinnya gue kayaknya. Kenapa? Gila aja, gue habis “ditampar bingo” ma si dosbing hari ini. Begini ceritanya, yuk mari..
Di bimbingan pertama dan kedua tempo hari, yang menjadi point untuk direvisi ma si dosbing udah gue lakuin (diperbaiki) sebaik-baiknya seindah-indahnya sepenuhhati-hatinya. Nah, lebih dari seminggu yang lalu, gue udah siap nih ceritanya dengan draft kuesioner yang udah gue rancang berdasarkan judul penelitian gue itu buat materi di bimbingan ketiga. Ancang-ancang, dengan modal percaya diri doang, karena sebelumnya gue gak pernah tahu dan gak punya pengalaman sama sekali dengan yang namanya kuesioner, gue berani-beraniin deh itu ngasi draft ke si dosbing. Bersamaan dengan itu, gue turutsertakan draft BAB I dan BAB II yang tadinya udah gue perbaiki.
Seminggu berlalu..
Tepat pukul 14.00 WIB, gue udah muncul di ruangan itu dosbing, setelah sebelumnya kita bikin janjian dulu. Jujur, pada saat itu feeling gue juga udah gak enak. Ngelihat si dosbing udah kayak ngelihat serigala lapar, yang udah siap buat ngerendang gue. Gue duduk persis di sebelah beliau, posisi menghadap jendela, beliau berada arah jarum jam sembilan. Makin deg-deg ser aja ini jantung setelah ngeliat atraksi membolak-balik draft plus mencorat-coretnya (kenapa gak sekalian diwarnai aja ya?) yang dipertunjukkan oleh si dosbing. Awalnya gue gugup gelagapan, lambat laun gue bisa sedikit ngatur tempo nafas gue, sedikit lebih lama sedikit lebih relaks.
Dia mulai. Mata gue kembali melongo setelah walhasil ternyata BAB I dan BAB II gue kembali disorot oleh beliau. Yang gue heran, kenapa bisa jadi begitu? Padahal, pada bimbingan pertama dan kedua kemaren, gue kira beliau udah mengoreksi semua cakupan draft yang gue kasih. Eh ternyata oh ternyata, itu belum seberapa. Pada sesi perbaikan kali ini yang mesti direvisi malah jauh lebih banyak! Yang gue sesalkan, kenapa gak sedari dulu (pasa masa bimbingan pertama dan kedua) aja sekalian gue dikoreksi habis-habisan? Kan waktu yang gue punya juga jadi lebih efisien. Itu satu.
Dia lanjut. Kali ini ke kuesioner. Oke, kalau untuk part yang ini, gue rela deh mau digelontorin sebanyak apapun kritikan, karena keterbatasan pengalaman gue tadi. Sesuai prakiraan gue, emang betul, draft kuesioner gue baru bisa diponten kira-kira 60 persenan lah, masih banyak yang mesti diperbaiki. But, namanya juga belajar, karena belajar kita bakal dapat banyak pengalaman ntarnya, dengan banyak pengalaman berarti kita kaya.
Selesai tentang pernak-pernik kuesioner, lanjut kita ngobrol ringan tentang metodologi. Tentang skala pengukuran yang membagi suatu variabel menjadi sekian kategorik dari hasil pengukuran indikato-indikatornya, metode penarikan sampel, hingga proses pembentukan kerangka sampel. Denyut jantung kembali terpacu setelah si dosbing bilang kalau gue mesti melisting seluruh rumah tangga (ruta) di satu kelurahan wilayah penelitian gue tersebut! Beliau beralasan karena apabila gue menggunakan kerangka sampel yang gue peroleh dari database puskesmas setempat, bisa berisiko akan menghasilkan kerangka sampel yang kurang baik, karena faktor database yang kurang up to date dan faktor minimnya kelengkapan informasi yang terangkum di database tersebut. Fiuh, gak habis-habisnya cobaan. Okey, gue kecewa untuk kedua kalinya di percakapan hari itu. Why? Kenapa gak dari dulu-dulu gue diarahin seperti itu. Kalau tahu begitu keadaannya, ada lebih baiknya gue mengusahakan untuk menggunakan data sekunder saja. Sebagai informasi, sebenarnya penelitian gue ini bisa diakalin dengan menggunakan data sekunder yang ada, namun karena gue pengen nimba ilmu, mulai dari nyusun kuesioner, narik sampel, ngolah data dan hingga analisis, makanya gue lebih prefer ke primer, hitung-hitung nyari pengalaman juga kan. Tapi, mengingat sulitnya nanti pengerjaan di lapangan, karena gue mesti menyinggahi sekian ratus ruta yang ada, gue jadi gundah gulana banget. Semua serba dilematis, mau “dipaksain” ke sekunder, tapi ini gue udah jalan dua bab, takut nanti salah langkah lagi dalam menentukan pilihan kan bisa repot, mengingat waktunya kurang lebih cuma nyisa sekitar 3 bulan lagi. Tapi kalau gue tetap lanjut dengan jalan yang ini, gue juga masih meragu, disaat gue ngebayangin gimana sulitnya kegiatan listing nanti. Dan itu mesti gue lakuin sendiri. Mirip PKL, tapi ini bebannya gue pikul sendiri. Andai saja beliau tidak seterlambat ini memberi satu isyarat. Huh!
Okay, dalam hati gak masalah. Yang penting gue kudu lulus tahun ini juga. Di penghujung dia juga sempat appreciate buat teman-teman gue yang lain yang dibimbing sama beliau juga. Dia bilang, progress yang lain lebih baik, gue ketinggalan dibanding mereka, yang padahal yang start bimbingan duluan itu gue, nah sekarang malah gue yang disalip. Beliau bilang sih, mereka pada concern ke kuesioner dulu, jadi maka dari itu mereka lebih ngebut dibanding gue. Gue sebenarnya juga bisa sih ngebut, tapi gak tahu kenapa ini dosbing agak-agaknya juga susah ditemuin. Sejauh ini, terhitung gue udah pernah 3 kali ngecancel jadwal bimbingan loh! Alasannya karena beliau rapat lah, yang materi gue belum sempat dibaca lah, banyak! Eh tahu-tahu sekalinya gue bimbingan, beliau ngelapor kalau yang lain udah lebih duluan dibanding gue. Kok bisa ya? Aih!
But, okelah. Sudah, lupakan saja kejadian yang tidak mengenakkan kurang lebih berdurasi sekitar sejaman itu. Sekarang, point-point yang mesti direvisi udah gue rekap, apa-apa yang mesti dilakuin udah gue bayangin, besok dan beberapa hari sibuk kedepan bakal setia nih kayaknya. Asli, gue ingin cepat-cepat berakhir dari zaman kuliah ini. Minimal kelar skripsi dulu juga gak apa-apa. Lebih cepat selesai skripsi gue, lebih banyak waktu relaks yang gue punya nantinya. Yok mari kita susun strategi!
Mari bung, rebut kembali..
0 komentar:
Posting Komentar