
"Mereka merekayasa situasi untuk melakukan invasi ke Libya,” - (Nicolas Maduro, Menteri Luar Negeri Venezuela)
“Gejolak di Libya bisa menjadi alasan bagi Amerika Serikat (AS) untuk melakukan invasi. Washington berencana memerintahkan suatu invasi NATO ke Libya dengan tujuan mencaplok minyaknya. Buat saya, ini sangatlah jelas bahwa pemerintahan Amerika Serikat tidak tertarik dengan perdamaian di Libya,” - (Fidel Castro, Mantan Pemimpin Kuba)
"Dia (AS) katanya mau melindungi masyarakat Libya dari Khadafi yang membunuh (penentangnya), tapi dia sendiri melakukan reaksi dengan membunuh," - (Marzuki Ali, Ketua DPR RI)
“Siapapun mengetahui Libya merupakan negara yang memiliki cadangan minyak dan gas bumi sangat besar, dan siapapun sudah mengetahui apa yang dilakukan para Sekutu (Negara Koalisi) barat setelah menguasai Irak juga Afghanistan yang sebenarnya lebih pada masalah ekonomi dari pada masalah politik. Inilah model Neo Kolonialisme negara barat pada negara dunia ketiga. Berdalih membantu rakyat setempat yang ditindas pemimpin yang diktator, akhirnya menguasai perekonomian negara tersebut. Dan pada akhirnya negara sekutu menempatkan pemimpin boneka yang bisa disetir dan dikendalikan untuk kepentingan negara sekutu barat,” - (www.ruanghati.com)
"Libya di bawah tembakan kekuatan imperial. Tidak ada yang membenarkan ini. Dengan Venezuela, jangan pernah ada niat untuk melakukan yang sama, Mister Obama," - (Hugo Chavez, Presiden Venezuela)
Betul memang, kejahatan seorang diktator bernama Moammar Khadafi telah melewati kadarnya. Namun kekejaman sekutu juga tidak dapat ditolerir. Ini sudah merupakan kejahatan kemanusiaan yang amat sangat memprihatinkan. Resolusi PBB 1973 dijadikan bantalan untuk melakukan agresi membabi buta di wilayah Libya.
Libya kini menjadi episode ketiga dalam cerita “Pendudukan Negara Islam”, setelah Afganistan (2001) dan Irak (2003). Pertanyaannya, apa dengan gerakan militer, menjadikannya satu-satunya cara bagi sekutu untuk memproklamirkan perlindungan kemanusiaan bagi rakyat yang kontra terhadap pemerintahan Libya? Tercatat hingga 22 Maret 2011, jumlah korban akibat invasi militer yang dikomandoi USA ini, berjumlah 64 orang, dan kesemuanya dari rakyat sipil. Lantas apa bedanya mereka dengan Moammar Khadafi?
Saya kira, Obama menjadi sesosok tokoh revolusioner pada pemerintahan adigdaya USA, yang punya cita rasa untuk lebih menjunjung harkat perdamaian abadi dunia. Ternyata, apa yang dikerjakannya kini tak jauh lebih busuk dari pemimpin-pemimpin sebelumnya. Kalau sudah begini, akan lebih seru bila terlahir episode Perang Dunia ke 3. Dimana adu kekuatan militer akan lebih berimbang. Bukan seperti sekarang, satu negara “dibunuh” beramai-ramai oleh beberapa negara. Nah, kalau sudah demikian keadaannya, mana yang bisa kita sebut sebagai pengecut?
0 komentar:
Posting Komentar