tulis saja, walau sedikit, apa saja..

Senin, 26 Desember 2011

Jakarta, I Love You



"Saya mencintai Jakarta dengan segala-gala lebih dan kurangnya. Akan ada banyak kenangan yang akan tertinggal disini, nanti sebentar lagi."


Belum lama ini saya memperoleh kabar bahwa sekitar bulan April atau Mei nanti, semua lulusan 2011 termasuk saya tentunya, akan mulai ditempatkan ke daerah kerja masing-masing. Itu artinya masih ada sekitar empat hingga lima bulan lagi bagi saya untuk menghabiskan sisa-sisa waktu hidup di Jakarta.

Jujur, di dalam hati kecil ini, saya mencintai Jakarta. Walau tanah kelahiran saya bukan Jakarta, namun dengan kurun waktu lebih kurang empat tahun selama saya menetap di kota ini, telah cukup mampu mendekatkan diri pribadi dengannya.

Jakarta mengajarkan saya banyak hal. Beruntung bagi saya dapat merantau ke kota ini. Di Jakarta saya menjadi kuat. Saya belajar waspada ketika sedang menumpang kereta ekonomi jabodetabek. Belajar beririt ketika melihat ibu-ibu di jumat pagi berkeliling bergerombol memohon sedekah dari rumah ke rumah. Belajar bersahabat ketika berkenalan dengan orang-orang yang multikultur yang berasal dari Sabang sampai Merauke, Islam hingga Kristen. Belajar menikmati hidup ketika terhidang di depan saya Pantai Anyer, seketika beban masalah langsung lenyap. Belajar untuk tidak takut, ketika saya berhadap-hadapan dengan preman di dalam 921. Belajar gesit, ketika saya diturunkan seenaknya saja di tengah-tengah jalan raya oleh angkutan Metromini. Belajar tegar, ketika suatu kali pernah menyaksikan seseorang bunuh diri, merelakan dirinya digilas kereta yang baru saja saya tumpangi. Belajar memberi, ketika bertemu dengan keluarga fakir di pelataran parkiran FKUI Salemba, yang konon menurut pengakuannya, mereka tak memiliki biaya untuk merawat sang bapak di rumah sakit. Banyak hal.

Walau kadangkala saya juga sering menggerutui Jakarta. Gedung-gedung boleh saja menjulang tinggi sebagai bentuk gambaran bagaimana baiknya pembangunan di kota Jakarta. Namun lihatlah, banyak bangunan rumah yang saling berhimpitan dan bertumpuk, kondisinya penuh sesak, bahkan ada yang nyangkut di pinggiran kali seperti sampah hanyut. Aspal di jalanan Jakarta boleh mulus. Namun coba saksikan pemandangan pada saat jam-jam sibuk di Jakarta. Sesama pengemudi saling sikut. Macet meluber berkilo-kilo panjangnya. Belum lagi bila diguyur hujan, lengkap sudah. Yang mati di jalanan? Banyak!

Saya mencintai Jakarta dengan segala-gala lebih dan kurangnya. Akan ada banyak kenangan yang akan tertinggal disini, nanti sebentar lagi.


0 komentar:

Posting Komentar

© TUL[!]S, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena