Jumat
(10/08/2012) lalu, saya datang berkunjung ke kota kelahiran saya, Pekanbaru.
Kedatangan saya kali ini dalam rangka mengisi liburan bulan suci Ramadhan dan
juga sekaligus perayaan Idul Fitri 1433 Hijriyah.
Sama
dengan seperti yang telah saya duga sebelumnya, Pekanbaru banyak menghadirkan
perubahan-perubahan dalam bidang pembangunan. Mulai sejak awal kedatangan, saya
sudah dipertontonkan hasil pelebaran Bandara Sultan Syarif Qasyim II, yang
konon nantinya akan naik level menjadi bandara berstandar internasional. Walau
belum menginjak 100 persen rampung, namun proyek ini terus digesa sampai sebelum
pelaksanaan PON XVIII di Riau pada bulan September mendatang digelar.
Decak
kagum saya tak putus sampai di situ. Di beberapa kali kesempatan, saya mencoba
menyusuri ruas-ruas jalan kota Pekanbaru. Pada kesempatan itu, tampak pula oleh
saya dua potong fly over yang
masing-masing membentang di antara Jalan Sudirman-Jalan Haji Imam Munandar
serta Jalan Sudirman-Jalan Tuanku Tambusai. Keduanya memiliki panjang sekira 1
kilometer. Patut saya beri apresiasi lebih, karena jalan layang ini bisa
disebut extraordinary. Karena, di
sepanjang kedua jalan layang ini turut membentang pula ornamen-ornamen khas
melayu sebagai penghias.
Dalam
hati, saya bangga dengan kota ini. Pesat betul kemajuan yang ditunjukkannya.
Apa yang ditampilkan kota Pekanbaru belakangan ini bak pengantin yang tengah
sibuk bersolek. Karena di depan mata sudah akan banyak event yang tengah menanti.
--
Patah Arang
Pembangunan
di Pekanbaru boleh saja kita banggakan. Namun ada sedikit pengalaman yang
tampaknya mampu mengecewakan hati ini. Intinya, hiruk-pikuk pembangunan
Pekanbaru belum diimbangi dengan pelayanan publik yang baik. Ini lah yang saya
temui setidaknya di tiga lembaga/dinas di Pekanbaru. Masalah kurangnya
kedisplinan waktu lah yang kerap menjadi perkara.
Sudah
barang tentu ini menjadi sebuah problem yang patut dituntaskan, baik oleh
pemerintah daerah maupun masyarakat luas yang menjadi quality control tentunya. Sebab, di dalam permasalahan ini terdapat
keprofesionalitasan yang terabaikan. Tidak cuma di satu lembaga vital, namun
tiga!
Berdasarkan
pengalaman buruk tersebut saya menjadi khawatir, Pekanbaru tidak akan mampu
menjadi tuan rumah yang baik dalam penyelenggaraan berbagai kegiatan besar yang
nantinya akan dihelat. Oke, kita mampu menyediakan berbagai fasilitas yang bisa
mendukung atas terselenggaranya sebuah acara, tapi kalau dari segi pelayanan
kita kurang cakap, tentu tidak baik pula bukan?
Ibarat
tamu yang datang berkunjung, tentu harus dijamu sebaik mungkin. Penjamuan ini
lah yang tak boleh sealakadarnya saja, atau bahkan malah hancur-hancuran.
Marwah daerah ini akan terangkat bila kita berhasil menyukseskan setiap event yang digelar.
Untuk
itu, belajar lah sepenuh hati dalam melayani seseorang. Lebih-lebih bila hal
itu merupakan suatu kewajiban tugas yang ditunjukkan kepada kita. Bila Pekanbaru
miliki keduanya–infrastruktur dan pelayanan publik yang mumpuni–saya yakin,
tiap orang yang pernah berkunjung ke mari akan selalu merindui kota ini
sepanjang jalan.
Salam.
0 komentar:
Posting Komentar