tulis saja, walau sedikit, apa saja..

Senin, 05 November 2012

Faktor Negatif untuk Keberhasilanmu


Setiap orang tentu ingin meraih kesuksesan di masa hidupnya. Tak ada orang yang tidak menginginkan kesuksesan. Sebenarnya, ada banyak faktor yang mampu menjembatani keinginan kita tersebut, baik itu yang bersifat positif, atau bahkan yang bersifat negatif sekalipun.

Untuk yang positif, mungkin kita mengenal berbagai faktor semisal dukungan dari orang-orang sekitar, bayang-bayang reward yang akan kita terima ketika kita sukses nanti, atau bahkan kelebihan-kelebihan yang kita miliki. Dengan ketiga hal tersebut, kita memiliki peluang untuk meraih kesuksesan yang didamba.

Bagaimana dengan faktor yang bersifat negatif? Adakah? Jawabannya: ada!

Pertama, kegagalan.

Hampir setiap orang sukses pernah menemui faktor negatif yang pertama ini. Kebanyakan orang yang sukses umumnya akan melewati masa-masa ketidaksuksesan mereka. Mereka terlebih dahulu menemui berulang kali kegagalan untuk kemudian meraih apa yang mereka impikan.

Dari setiap kegagalan, orang-orang akan belajar banyak hal. Ketekunan, kerja keras, pembentukan mental yang kuat, dan berbagai hal lain. Seseorang baru akan merasakan bagaimana nikmatnya sebuah keberhasilan ketika ia meraihnya dengan didera kendala dimana-mana sebelumnya.

Namun, bukan berarti untuk meraih kesuksesan kita diharuskan untuk melewati kegagalan terlebih dahulu. Konklusinya, orang yang pernah gagal itu punya jalan yang lebih lebar dan terang untuk sampai kepada sebuah kesuksesan.

Kedua, diremehkan.

Biasanya, orang yang diremehkan itu memiliki motivasi yang lebih besar. Tak jarang, sebuah kesebelasan sepakbola semenjana mampu menaklukkan tim besar. Hebat kan?

Setiap kubu yang diremehkan memiliki kekuatan dua kali lipat lebih besar daripada kubu lainnya. Berkat diremehkan, seseorang akan menjadi memiliki motivasi yang berlipat guna meraih pembuktian bahwa ia bisa berhasil.

Sederhananya, bila seseorang merasa diremehkan, maka akan timbul motivasi yang kuat, terbentuk power yang tinggi, dan pada akhirnya akan semakin memudahkan ia untuk menggapai keberhasilan. Jadi berhati-hatilah, jangan sesekali meremehkan seseorang yang keadaannya jauh lebih tidak beruntung dari Anda, karena akan menjadi semakin besar pula peluangnya bagi mereka untuk melampaui kesuksesan yang Anda miliki saat ini.

Ketiga, minoritas.

Menjadi bagian minoritas memang tidak menyenangkan. Menjadi orang bodoh di dalam lingkungan orang-orang cerdas tentu akan menjadi sebuah bencana pada awalnya. Namun ketahuilah, bila kita mau belajar dari orang-orang yang cerdas ini, bagaimana cara mereka agar bisa menjadi cerdas, apa saja yang mereka lakukan, kebiasaan-kebiasaan baik apa yang sering mereka kerjakan, bukan tidak mungkin pula kita juga bisa menjadi cerdas seperti mereka.

Dengan kita menghadiri sebuah seminar, berarti secara tidak langsung kita telah menempatkan diri kita sebagai bagian dari kelompok minoritas–dalam hal ini kelompok yang minim pengetahuan terhadap tema yang akan diseminarkan. Namun setelahnya, tentu kita akan merasakan banyak manfaat atas menghadiri seminar tersebut. Wawasan kita akan semakin luas, pengalaman akan bertambah. Bila keduanya mampu kita raih, sudah tentu keberhasilan akan semakin mendekat, bukan?

Ingat, pada masa dahulu kaum Yahudi adalah bagian dari minoritas. Seiring berjalannya waktu, kini kekuatan mereka benar-benar diperhitungkan dunia luas!

Keempat, keterbelakangan.

Banyak pengusaha-pengusaha atau bahkan orang-orang sukses yang berangkat dari kemiskinan. Kita ambil contoh Chairul Tanjung, Merry Riana, Dahlan Iskan, dan masih banyak lagi. Namun ironinya, sebenarnya lebih banyak lagi orang miskin yang tak berdaya melawan kemiskinan yang tengah menderanya. Hanya sebagian kecil orang yang mampu melewati masa-masa sulit itu.

Salah satu dari sedikit orang itu ialah Basrizal Koto (Basko). Dulu, ayahnya hanya sebagai seorang buruh tani. Pendidikannya pun ia jalani hingga sebatas kelas lima SD. Ia berkesimpulan bahwa kemiskinan harus dilawan, bukan untuk dinikmati. Dan kini, ia telah menemui jalan kesuksesannya dengan mengelolai belasan perusahaan.

Keterbelakangan ini bukan hanya sebatas untuk orang-orang miskin, tapi tercakup juga di dalamnya bagi mereka yang terlahir cacat, dan lain sebagainya.

--

Faktor-faktor kesuksesan itu bukan untuk dicari, tapi ditumbuhkan. Karenanya ia tidak hanya hadir di dalam setiap hal-hal positif, namun juga akan muncul di dalam hal-hal negatif bila kita mau berusaha untuk mewujudkannya. Semua perihal pasti memiliki hikmah. Sekarang tergantung kepada kita, apa kita mampu menjadikannya sebagai sebuah pelajaran yang berharga, atau hanya dijadikan sebagai sebuah penguat alasan untuk kehidupan yang biasa-biasa saja.

Salam.

0 komentar:

Posting Komentar

© TUL[!]S, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena