Setiap orang tentu ingin meraih kesuksesan di
masa hidupnya. Tak ada orang yang tidak menginginkan kesuksesan. Sebenarnya,
ada banyak faktor yang mampu menjembatani keinginan kita tersebut, baik itu
yang bersifat positif, atau bahkan yang bersifat negatif sekalipun.
Untuk yang positif, mungkin kita mengenal
berbagai faktor semisal dukungan dari orang-orang sekitar, bayang-bayang reward yang akan kita terima ketika kita
sukses nanti, atau bahkan kelebihan-kelebihan yang kita miliki. Dengan ketiga
hal tersebut, kita memiliki peluang untuk meraih kesuksesan yang didamba.
Bagaimana dengan faktor yang bersifat negatif?
Adakah? Jawabannya: ada!
Pertama,
kegagalan.
Hampir setiap orang sukses pernah menemui faktor
negatif yang pertama ini. Kebanyakan orang yang sukses umumnya akan melewati
masa-masa ketidaksuksesan mereka. Mereka terlebih dahulu menemui berulang kali
kegagalan untuk kemudian meraih apa yang mereka impikan.
Dari setiap kegagalan, orang-orang akan belajar
banyak hal. Ketekunan, kerja keras, pembentukan mental yang kuat, dan berbagai
hal lain. Seseorang baru akan merasakan bagaimana nikmatnya sebuah keberhasilan
ketika ia meraihnya dengan didera kendala dimana-mana sebelumnya.
Namun, bukan berarti untuk meraih kesuksesan
kita diharuskan untuk melewati kegagalan terlebih dahulu. Konklusinya, orang
yang pernah gagal itu punya jalan yang lebih lebar dan terang untuk sampai
kepada sebuah kesuksesan.
Kedua, diremehkan.
Biasanya, orang yang diremehkan itu memiliki
motivasi yang lebih besar. Tak jarang, sebuah kesebelasan sepakbola semenjana
mampu menaklukkan tim besar. Hebat kan?
Setiap kubu yang diremehkan memiliki kekuatan
dua kali lipat lebih besar daripada kubu lainnya. Berkat diremehkan, seseorang akan menjadi memiliki motivasi yang berlipat guna meraih pembuktian bahwa ia bisa
berhasil.
Sederhananya, bila seseorang merasa diremehkan, maka
akan timbul motivasi yang kuat, terbentuk power
yang tinggi, dan pada akhirnya akan semakin memudahkan ia untuk menggapai keberhasilan. Jadi berhati-hatilah,
jangan sesekali meremehkan seseorang yang keadaannya jauh lebih tidak beruntung
dari Anda, karena akan menjadi semakin besar pula peluangnya bagi mereka untuk
melampaui kesuksesan yang Anda miliki saat ini.
Ketiga,
minoritas.
Menjadi bagian minoritas memang tidak
menyenangkan. Menjadi orang bodoh di dalam lingkungan orang-orang cerdas tentu akan
menjadi sebuah bencana pada awalnya. Namun ketahuilah, bila kita mau belajar
dari orang-orang yang cerdas ini, bagaimana cara mereka agar bisa menjadi
cerdas, apa saja yang mereka lakukan, kebiasaan-kebiasaan baik apa yang sering
mereka kerjakan, bukan tidak mungkin pula kita juga bisa menjadi cerdas seperti
mereka.
Dengan kita menghadiri sebuah seminar, berarti
secara tidak langsung kita telah menempatkan diri kita sebagai bagian dari
kelompok minoritas–dalam hal ini kelompok yang minim pengetahuan terhadap tema
yang akan diseminarkan. Namun setelahnya, tentu kita akan merasakan banyak
manfaat atas menghadiri seminar tersebut. Wawasan kita akan semakin luas,
pengalaman akan bertambah. Bila keduanya mampu kita raih, sudah tentu
keberhasilan akan semakin mendekat, bukan?
Ingat, pada masa dahulu kaum Yahudi adalah
bagian dari minoritas. Seiring berjalannya waktu, kini kekuatan mereka
benar-benar diperhitungkan dunia luas!
Keempat,
keterbelakangan.
Banyak pengusaha-pengusaha atau bahkan
orang-orang sukses yang berangkat dari kemiskinan. Kita ambil contoh Chairul
Tanjung, Merry Riana, Dahlan Iskan, dan masih banyak lagi. Namun ironinya, sebenarnya
lebih banyak lagi orang miskin yang tak berdaya melawan kemiskinan yang tengah
menderanya. Hanya sebagian kecil orang yang mampu melewati masa-masa sulit itu.
Salah satu dari sedikit orang itu ialah Basrizal
Koto (Basko). Dulu, ayahnya hanya sebagai seorang buruh tani. Pendidikannya pun
ia jalani hingga sebatas kelas lima SD. Ia berkesimpulan bahwa kemiskinan harus
dilawan, bukan untuk dinikmati. Dan kini, ia telah menemui jalan kesuksesannya
dengan mengelolai belasan perusahaan.
Keterbelakangan ini bukan hanya sebatas untuk
orang-orang miskin, tapi tercakup juga di dalamnya bagi mereka yang terlahir
cacat, dan lain sebagainya.
--
Faktor-faktor kesuksesan itu bukan untuk dicari,
tapi ditumbuhkan. Karenanya ia tidak hanya hadir di dalam setiap hal-hal
positif, namun juga akan muncul di dalam hal-hal negatif bila kita mau berusaha
untuk mewujudkannya. Semua perihal pasti memiliki hikmah. Sekarang tergantung
kepada kita, apa kita mampu menjadikannya sebagai sebuah pelajaran yang
berharga, atau hanya dijadikan sebagai sebuah penguat alasan untuk kehidupan
yang biasa-biasa saja.
Salam.
0 komentar:
Posting Komentar